Handrawan Nadesul
Kelompok The Oxford Health Alliance resah. Pada pertemuan puncak di Sydney, 25-27 Februari, kelompok itu memanggil dunia untuk melakukan sesuatu.
Sepuluh tahun ke depan, wabah penyakit menahun dunia diproyeksikan bakal membunuh 388 juta jiwa. Ini adalah dampak yang lebih bengis dari ulah teroris. Tetapi, dunia politik tidak meliriknya karena lebih fokus menumpas peneror dunia.
Penyakit jantung, paru-paru, kencing manis, dan kanker sudah mengisi tiga perlima kematian yang sebetulnya tak perlu terjadi. Kegemukan membunuh jutaan jiwa hanya karena rakyat salah pilih menu, keliru bergaya hidup. Apa yang perlu dilakukan?
”Sydney Resolution”
Di Sydney telah dicetuskan resolusi memanggil dunia untuk menaruh perhatian lebih pada urusan kesehatan. Profesional, pemerintah, masyarakat, kalangan akademisi, dan pekerja sosial diimbau bersama-sama membangun hari depan lebih sehat (building a healthy future).
Konsepnya, apa pun pembangunannya, wajib menaruh hormat pada faktor kesehatan. Di sini dikenal sebagai pembangunan berwawasan kesehatan.
Target jangka panjang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) kita sejak awal meletakkan konsep bagus itu. Bagaimana kota sehat, rumah sehat, jajanan sehat, selain lingkungan dan masyarakat sehat, eloknya dibangun. Namun, implikasinya menempatkan kita pada deretan kualitas manusia peringkat 118 dunia (human development index/HDI).
Resolusi Sydney menagih perlunya dipikir ulang bagaimana kita seeloknya hidup. Bagaimana lingkungan dan menu ditata. Kota didesain ulang karena menjadi tempat bagi lebih dari separuh populasi dunia bermukim.
Hanya dengan mengubah itu semua, penyakit menahun yang banyak mematikan itu tak perlu hadir melebihi ganasnya teroris.
Bagi kita, ketika kondisi rata-rata masyarakat masih mengenaskan begini, teriakan bagaimana hidup lebih sehat itu perlu kita simak demi melakukan sesuatu (a global call to action). Sudahkah kita melakukan sesuatu?
Kita tak boleh diam, misalnya jika zat warna, pengawet, dan pemanis buatan untuk jajanan anak sekolah masih tidak sehat. Kita juga tak boleh diam jika jelantah tak sehat ada pada gorengan.
Jangan abaikan cemaran formalin, penyedap, perenyah, borosnya garam, gula jajanan dan menu restoran, serta ”racun” dalam makanan dan minuman olahan (dioxan, nitrosamine, jamur, parasit, kuman, virus). Tak boleh ada formaldehyde dalam cat misalnya, karena masih ada pada alat rumah. Mengapa?
Karena semua itu cemaran radikal bebas (free radicals) yang merusak tubuh dan membuat tak sehat. Sepertiga kasus kanker dan penyakit degeneratif menahun bermusabab dari situ.
Tak mampu berjalan sendiri
Untuk menyehatkan masyarakat diperlukan dua langkah. Masyarakat dicerdaskan agar pilihan hidupnya lebih menyehatkan, dan kebijakan pemerintah tak boleh membiarkan masyarakat berisiko sakit. Sekadar membiarkan anak-anak tumbuh gemuk dan tetap mengimpor penganan berbahaya, misalnya sudah sebuah petaka nasional.
Pemerintah Singapura masih mengurusi soal anak gemuk. Sangat hirau pada anak-anak sekolah kalau masih gemuk. Ada kebijakan anak wajib ekstra lari sampai berat badannya ideal.
Mengapa sampai sejauh itu? Karena gemuk waktu kecil, bom waktu penyakit setelah dewasa. Para eksekutif perlu ditatar hidup sehat karena mereka sumber daya yang produktivitasnya tak boleh dirongrong risiko penyakit. Singapura sadar betul, lebih separuh penyakit orang sekarang sejatinya bisa dicegah.
Kebijakan restoran di Singapura yang patuh serba kurang asin. Kultur doyan asin yang selama ini menambah deretan panjang pengidap darah tinggi (salty sensitive person) orang kita.
Rata-rata budaya makan kita mengonsumsi garam dapur lima kali lebih banyak dari yang tubuh butuhkan. Kelebihan garam mencetuskan hipertensi buatan.
Masyarakat yang salah memilih menu jahat, rutin minum jamu nakal, mencari pengobatan sesat, tak bisa dibiarkan berjalan sendiri. Mereka harus dituntun.
Ketika tidak semua masyarakat kita melek media, sementara informasi hidup sehat di radio dan televisi minim, mereka tak kunjung cerdas hidup sehat. Jangan salahkan masyarakat kalau dampak kekayaan orang kota mengancam kesehatan rakyat papa. Hal seperti itu sedang terjadi pada sebagian besar masyarakat kita. Burger, hotdog, dan ayam goreng sudah menjadi menu desa juga. Padahal, kini, agar tubuh sehat kita justru harus memilih menu moyang kita.
Masyarakat kota menjadi tidak sehat akibat kelebihan menu, mengonsumsi yang serba tak menyehatkan, perilaku tak sehat yang tak berubah, dan ketika iming-iming merokok kian centil. Yang papa jatuh sakit karena kekurangannya, selain sebab ketidaktahuan hidup sehat. Faktor lingkungan sosial sama berdampak buruk pada keduanya.
Supaya sehat teraih, masyarakat kita harus diurus. Kalau pilihan konsepnya berwawasan kesehatan, kolaborasi lintas sektor diperlukan. Tak cukup mengandalkan sektor kesehatan. Pembangunan sektor pendidikan, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan pekerjaan umum pun perlu sama-sama berkomitmen berwawasan kesehatan.
Sekadar memberantas flu burung saja perlu keterlibatan semua sektor ini.
HANDRAWAN NADESUL Dokter, pengasuh rubrik kesehatan, penulis buku
Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Celular, I hope you enjoy. The address is http://telefone-celular-brasil.blogspot.com. A hug.
ReplyDelete