JAKARTA, KOMPAS - Puisi-puisi karya Chairil Anwar tidak hanya membangkitkan semangat kebangsaan, tetapi juga memperkaya bahasa Indonesia. Lewat puisi-puisinya, Chairil Anwar telah mencengkeramkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan, yang menjadikan anak-anak sekolah senang berpuisi, mencintai puisi, mencintai sastra, mencintai Indonesia.
Demikian benang merah yang mengemuka dalam diskusi Seri Tokoh Sejarah Berbicara dengan tema ”Mengusung Semangat Kebangsaan dengan Puisi-puisi Chairil Anwar”, Selasa (15/4) di Gedung The Habibie Center, Jakarta. Tampil sebagai pembicara adalah dosen sastra dari Universitas Indonesia Maman S Mahayana, budayawan Taufiq Ismail, dan anak Chairil Anwar, Evawani Alissa Chairil Anwar.
Maman mengatakan, Chairil Anwar dalam perjalanan hidupnya yang pendek (26 Juli 1922-28 April 1949) berhasil menanamkan pohon kreativitas yang hingga kini masih terus berkembang-berbuah. Pohon kreativitas berupa sejumlah puisi dan esainya itu sampai sekarang masih terus berbunga-berbuah, sangat mungkin lantaran Chairil Anwar sendiri menanamnya sebagai sikap hidup.
Taufiq Ismail yang mengaku mengenal Chairil Anwar melalui orang-orang terdekatnya, seperti Gadis Rasyid, Dian Tamaela, dan HB Jassin, mengaku sejak SMA sudah membaca semua karya Chairil Anwar (ada 74 puisi).
Evawani, anak tunggal Chairil Anwar, bercerita tentang Chairil Anwar yang cenderung unik. Ia memanggil Evawani sebagai Iip dan meninggalkan pesan kepada ibu untuk tidak memanggil ayah, tetapi cukup dengan memanggil Chairil saja. ”Ini karena almarhum ingin menjadi seperti berteman dengan saya sebagai putrinya,” ungkapnya. (NAL)
No comments:
Post a Comment