Jakarta, Kompas - Dokter keluarga sebagai lini terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat semakin dibutuhkan. Namun, pendidikan kedokteran yang berorientasi dokter keluarga belum diperhatikan di banyak fakultas kedokteran di Tanah Air.
Firman Lubis menyampaikan hal itu dalam orasinya ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Keluarga di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu (29/12) di Jakarta.
"Belum semua fakultas kedokteran memiliki unit dokter keluarga, apalagi menerapkan pendidikan dokter keluarga dalam kurikulum mereka," kata Firman. Saat ini pendidikan kedokteran masih lebih bertumpu pada pendidikan di rumah sakit dengan kasus-kasus spesialistik dan terkotak-kotak.
Padahal, Firman menambahkan, lingkup kerja dokter keluarga tidak terbatas pada masalah bio-medis yang dipunyai pasien. Dengan pendekatan keluarga, dokter keluarga dapat melihat latar belakang sosial pasien.
Menurut Firman, sebanyak 80 persen kasus penyakit dapat ditangani dokter keluarga. Namun, dokter umum yang ada saat ini memberikan pelayanan kesehatan yang terbatas. Padahal, selama dalam pendidikannya, calon dokter telah mempelajari hampir semua bidang kesehatan.
Selain masalah pendidikan, ungkap Firman, hambatan lainnya adalah tidak ada kesepahaman di antara para pemangku kepentingan, seperti Departemen Kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia, atau Konsil Kedokteran Indonesia, tentang konsep dokter keluarga. Akibatnya, pengembangannya menjadi kurang terencana dan terpadu.
Oleh karena itu, Firman memandang perlu adanya pembentukan sebuah unit kerja dokter keluarga nasional yang diprakarsai pemerintah.
Kanker rahim
Selain Firman, dalam acara yang dipimpin Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri ini, juga dikukuhkan Nugroho Kampono sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Obstetri Ginekologi.
Nugroho menyoroti penanganan kanker endometrium atau kanker rahim saat ini dan pengelolaannya di masa mendatang.
"Perlu ada sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat agar mewaspadai adanya kanker endometrium saat terjadi pendarahan perimenopuse atau pascamenopause," kata Nugroho. Sekitar 15 persen pendarahan pascamenopause disebabkan oleh kanker endometrium ini.
Kanker endometrium merupakan penyakit yang sering menyerang perempuan usia 50-65 tahun. Kanker ini menempati urutan kedua setelah kanker ovarium dalam hal keganasan ginekologik. (A04)
No comments:
Post a Comment