Tuesday, September 11, 2007

Mari Menyembuhkan Diri


Susi Ivvaty

Anda punya tujuan hidup? Bagaimana mengingat-ingatnya? Sebaiknya ditulis di "reminder" telepon seluler yang Anda bawa sehari-hari. Biar kalau lupa, tinggal membuka dan membacanya: Ooh, begini toh tujuan hidupku...

Ini memang zaman kontemporer. Hidup bukanlah sesuatu yang dibiarkan mengalir begitu saja, tetapi harus dirumuskan. Semenjak kerangka besar zaman ini adalah produktivitas kapitalisme global, maka tujuan itu adalah hal-hal yang mungkin memang harus punya ukuran produktif bagi sebuah kerangka industrial.

Cara mengingat-ingat tujuan hidup dengan menuliskan di bagian pencatat di telepon seluler tadi diungkapkan seorang peserta training atau pelatihan motivasi diri—suatu kegiatan yang tengah menjamur kini. Berbagai kegiatan pelatihan digelar, agar orang bisa bekerja lebih giat, bicara lebih manjur, dan memimpin lebih cespleng.

Wiwik, sekretaris eksekutif sebuah hotel berbintang di Cirebon, Jawa Barat, mengaku mendapat semangat baru setelah mengikuti training mengenai motivasi yang dipaparkan Jamil Azzaini dari Kubik Training & Consultancy. "Ketika mendengar Pak Jamil bercerita tentang bintang terang, aku termotivasi," ceritanya.

"Bintang terang" yang dimaksud adalah sebuah metode untuk meraih apa yang sungguh-sungguh kita inginkan dan harus selalu diingat. "Bintang terang juga berarti tujuan hidup atau cita-cita yang dituliskan di sebuah buku dan bisa dibaca sewaktu-waktu. Kalau cuma disimpan di otak, bisa lupa," tutur Wiwik.

Maklumlah, ini zaman teknologi. Komputer punya memori, yang bisa lebih diandalkan daripada otak. Wiwik menuliskan, 2010 ia harus bisa menjadi penulis terkenal. "Aku termotivasi untuk menebar epos atau energi positif dan menghindari eneg atau energi negatif," katanya.

Penuturan serupa disampaikan Supriyo, petugas pelayanan Jasa Raharja di Samsat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Setelah mengikuti pelatihan, ia mengaku mendapat banyak hal positif, terutama memantapkan keyakinan bahwa setiap tindakan positif akan berbuah hal positif. "Sekarang setiap hendak melakukan apa pun, saya harus berpikir sekian kali agar hasilnya benar-benar positif," ujarnya.

Menyembuhkan diri

Tidak hanya soal motivasi diri, saat ini pelatihan penyembuhan (self healing) dan pemusatan pikiran (mind focus) juga banyak ditawarkan. Biayanya jutaan rupiah untuk satu sesi atau beberapa jam saja.

Indah, karyawan swasta di sebuah perusahaan media, mengikuti pelatihan dari True Nature Holistic Healing, dan diajari berbagai cara menyembuhkan diri sendiri. Caranya bisa bermacam-macam, mulai meditasi, memerhatikan napas, dan latihan fisik. Ia mengikuti pelatihan selama 12 jam, dibagi dalam tiga kali pertemuan.

Sudah bisa menyembuhkan diri setelah latihan 12 jam? "Kan sudah ada kurikulumnya. Dan, intinya kan kita harus rajin praktik dan latihan terus. Kalau setelah pelatihan lalu males, ya enggak dapat apa-apa," ungkap Indah.

Dia juga mengikuti pelatihan mind focus selama sehari dari pagi sampai sore hari. Tujuan pelatihan adalah agar orang bisa mencapai apa yang ditargetkan dengan kekuatan pikiran. "Manfaatnya jelas. Aku menjadi lebih sabar, ikhlas, dan pasrah dalam menghadapi masalah. Aku sekarang berbeda dengan empat tahun lalu yang selalu panikan," paparnya mantap.

Pelatihan manajemen tak kalah seru. Seperti diceritakan Rissa Kuswulandari (47), karyawan perusahaan swasta. Tahun ini, ia dua kali "disekolahkan" atas biaya kantor, salah satunya di Dale Carnegie Institute. Pelatihan selama empat hari itu antara lain diisi dengan permainan yang berbau suasana kantor. Misalnya, bagaimana jika Anda dihadapkan pada pilihan untuk menegur atau memecat bawahan yang tak bisa mencapai target. Anda akan diminta menjadi manajer, lalu berganti menjadi pekerja bawahan pada putaran berikut.

Kata Rissa, dengan pelatihan ini ia menjadi lebih mudah menghadapi orang dengan berbagai karakter. "Misalnya, saya jadi mafhum sifat bos yang lebih suka membicarakan segala hal secara langsung, bukan dalam rapat besar. Saya juga tahu bagaimana mengajukan proposal agar diterima bos," ujarnya.

Pribadi berkelimpahan

Ada sebuah ungkapan yang kemudian—bolehlah— disebut sebagai "filosofi" bagi para pelatih maupun peserta pelatihan. Dengan pelatihan, orang menjadi pribadi yang berkelimpahan. Maksudnya, segala pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude)—disingkat KSA—yang didapat dalam sebuah pelatihan harus dibagikan kepada orang lain agar kita menjadi kaya, berlimpah-limpah.

"KSA itu kalau tidak dibagikan, ya akan habis. Kita menjadi kaya kan karena berbagi," papar Lilla Devi Kurniawan, Sub Division Head Learning & Development PT SMART Tbk. Lilla pernah mengikuti berbagai pelatihan seperti hipnoterapi dan neurolingiustik. "Pokoknya manfaat training luar biasa bagi saya. Pikiran menjadi terbuka," tambahnya bersemangat.

Selain berbagai manfaat luar biasa yang dirasakan para peserta pelatihan tadi, ada satu hal penting lain, yakni membentuk jejaring. Para peserta itu lantas membuat mailing list agar bisa selalu berkomunikasi lewat dunia maya.

Salah satu jejaring yang besar adalah Trainers Club Indonesia (TCI). Anggotanya adalah para karyawan, pelatih, penyedia jasa training, ahli berbagai bidang, dan orang-orang yang tertarik dengan pelatihan. Anggota mailing TCI saat ini mencapai 2.890 orang. "Ini menunjukkan pelatihan sangat diminati," kata Kartika, karyawan bagian diklat perusahaan swasta.

Apakah dengan maraknya kegiatan training itu, berikut banyaknya orang yang ikut serta dengan membayar ratusan sampai jutaan rupiah baik membayar sendiri atau dibayari kantor, lalu kesempatan hidup "berkelimpahan" hanya dimiliki peserta training? Bagaimana orang-orang yang hidupnya berkesusahan? Bagaimana mereka mengembangkan "energi positif"-nya?

Dari dulu ada yang percaya, justru pada kelompok-kelompok bersahaja ini tersimpan banyak kearifan hidup. Pelajaran hidup kadang berserak di desa-desa, di pelosok-pelosok, di lingkungan kiai sederhana, maksudnya: tak selalu di lingkungan berdasi. (Dahono Fitrianto, Frans Sartono)

No comments: