Tuesday, April 8, 2008

Guru Kesulitan Selesaikan S-1 Sesuai Kualifikasi

Selasa, 8 April 2008 | 01:26 WIB

Sukabumi, Kompas - Perkuliahan yang diikuti guru-guru di daerah untuk bisa memiliki kualifikasi S-1 banyak yang tidak sesuai dengan kondisi mereka saat ini. Kendala ini diakibatkan perguruan tinggi keguruan dan ilmu pendidikan di daerah memiliki program studi terbatas.

Ade Rakhmat, pengelola kelas lanjutan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sukabumi, Jawa Barat, Senin (7/4), menjelaskan, meskipun di kampus ini program studi PPKN dan Akuntansi yang ada untuk guru SMA sederajat, banyak juga guru TK, SD, dan SMP yang terdaftar demi meraih kualifikasi S-1 atau akta IV.

”Guru semakin banyak yang kuliah karena ada ketentuan untuk sertifikasi harus selesai S-1. Karena program di sini yang ada PPKN dan Akuntansi, guru-guru tetap daftar. Yang penting kan S-1 keguruan dan pendidikan,” ujar Ade.

Harun, guru Olahraga di SDN Cipetir II, Kabupaten Sukabumi, mengatakan, saat ini dia melanjutkan kuliah untuk meraih S-1 di program studi PPKN di STKIP PGRI Sukabumi. Pasalnya, untuk bisa kuliah di bidang pendidikan jasmani, Harun harus kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

”Dengan keuangan yang terbatas, saya harus pandai mengatur strategi karena kuliah ini saya tanggung sendiri. Saya pilih yang di Sukabumi saja. Pilihan yang ada terbatas, saya pilih PPKN. Di SD kan ada pelajaran PPKN,” kata Harun yang sudah delapan tahun menjadi guru Olahraga.

Sutarman, guru kelas IV SDN Lewipendeuy, Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, juga mengambil S-1 program studi PPKN. Pasalnya, jurusan Pendidikan Guru SD tidak tersedia di kampus ini.

”Setahu saya, syarat untuk ikut sertifikasi itu harus lulus S-1 dan punya akta IV. Mudah-mudahan saya enggak ada masalah jika sudah dapat jatah sertifikasi nanti,” kata Sutarman yang sudah 20 tahun menjadi guru.

Sementara itu, guru-guru TK umumnya memilih melanjutkan jenjang S-1 yang juga tidak sesuai dengan kondisi mereka saat ini. Pasalnya, guru TK dinilai sebagai batu loncatan untuk menjadi guru SD.

Elizabeth, guru sukarelawan TK Tunas Harapan, Desa Curuk Kembar, Kabupaten Sukabumi, mengatakan, melanjutkan kuliah S-1 memang sudah direncanakan karena persyaratan saat ini memang mengharuskan demikian. Meski gaji guru sukarelawan TK yang diperolehnya Rp 200.000 per bulan, Elizabeth bisa melanjutkan kuliah dengan dukungan dana dari orangtuanya.

Secara terpisah, dari Pontianak, Kalimantan Barat, dilaporkan, dari sekitar 55.000 guru SD hingga SMU di Kalbar, baru sekitar 30 persen atau 16.500 guru yang mencapai jenjang S-1. ”Pada tahun 2008 Pemerintah Provinsi Kalbar akan menyekolahkan sekitar 4.000 guru yang hingga kini belum berpendidikan sarjana atau strata-1,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kalbar Ngatman.

Ia mengatakan, dalam kurun waktu 2006-2007 sudah 3.000 guru yang disekolahkan untuk mencapai jenjang strata-1. Anggaran yang dialokasikan untuk menyekolahkan guru itu berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Setiap guru mendapatkan bantuan Rp 2 juta per tahun. (ELN/WHY)

No comments: