Tuesday, April 8, 2008

"Rumah Iklan" Warisan Ken Sudarto untuk Bangsa


Selasa, 8 April 2008 | 01:26 WIB

Jakarta, Kompas - Pergulatan bisnis periklanan Ken T Sudarto (almarhum) semestinya menjadi simbol kekuatan keutamaan dalam membangun rasa kebangsaan atau nation building. Keprofesionalan dan keteladanan hidup pendiri Matari Advertising itu menjadi warisan yang tidak akan pernah rapuh.

Warisan Ken T Sudarto itu terungkap dalam bedah buku berjudul Rumah Iklan terbitan Penerbit Buku Kompas di Jakarta, Senin (7/4). Peluncuran buku setebal 268 halaman yang ditulis oleh Bondan Winarno itu dihadiri Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, praktisi senior periklanan Baty Subakti, dan guru besar komunikasi Universitas Indonesia, Alwi Dahlan.

Presiden Direktur Matari Advertising Aswan Soendojo mengatakan, peluncuran buku ini bertepatan dengan perjalanan 37 tahun perusahaan periklanan Matari Advertising yang didirikan Ken T Sudarto.

”Banyak orang mudah membicarakan idealisme membangun bangsa, tetapi belum tentu pengabdiannya menunjukkan kegiatan yang memiliki kerangka membangun bangsa,” ujarnya.

Menurut Aswan, Ken Sudarto merupakan sosok yang memiliki integritas dan kecintaan kepada profesi.

Jakob Oetama dalam sambutannya mengatakan, Ken Sudarto bukan hanya sosok periklanan yang memiliki ketekunan, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab sebagai warga negara. Ken memiliki kesadaran dalam berbagi keprofesionalan dan keteladanan.

”Inilah warisan yang patut dipelihara,” ujarnya.

Jakob menekankan pula pentingnya membuka kesempatan untuk mengembangkan nation building yang lebih intens dan adil. Masuk akallah bahwa mereka yang bekerja dalam bidang komunikasi, termasuk periklanan, mau tidak mau harus mempunyai frame referensi.

”Komunikasi apa pun saluran atau ekspresinya tidak akan berarti apa-apa jika tidak mempunyai kerangka atau frame acuan berpikir, bersikap, dan berpandangan hidup yang komprehensif. Dengan semangat inilah kita membangun nasionalisme, karakter, kebersamaan, dan sikap saling percaya,” ujar Jakob.

Penulis Bondan Winarno mengatakan, pengabdian Ken dalam bekerja adalah mengembangkan semangat con amore atau dengan cinta.

Emil Salim mengatakan, nasionalisme Ken terlihat ketika ia memiliki kepedulian terhadap lingkungan di daerah perbukitan karst di Kabupaten Kebumen, Jateng. Bagi Ken, bukit kapur ini semacam busa yang bisa menyelamatkan air tanah. (OSA/NAL)

No comments: