Sunday, December 30, 2007

Bencana akibat Kelalaian


Pengungsi Terserang Gangguan Pernapasan dan Pencernaan

Wonogiri, Kompas - Selain dampak perubahan iklim, bencana alam yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia juga akibat kelalaian manusia. Manusia cenderung hanya mengambil keuntungan dari alam tanpa mau melestarikan. Akibatnya, daya dukung lingkungan lemah dan Bumi pun menjadi rawan bencana.

Hal itu dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke Wonogiri, Jawa Tengah, Sabtu (29/12). "Banjir dan longsor di sejumlah tempat terjadi karena cara kita merawat hutan tidak baik. Mulai sekarang mari kita perbaiki, kita rawat hutan. Mari kita tanami, tidak perlu menengok kesalahan masa lalu," kata Presiden.

Kunjungan Presiden ke Wonogiri dalam rangka menyerahkan dana bantuan untuk korban bencana di Provinsi Jateng sebanyak Rp 5 miliar. Presiden juga menyerahkan bantuan bahan makanan dan satu mobil tangki air untuk korban bencana di Kabupaten Wonogiri.

Sebelumnya, di ruang VIP Bandara Adisumarmo, Boyolali, Gubernur Jateng Ali Mufiz memaparkan kejadian dan penanganan bencana alam di Jateng. Pada Desember ini terjadi bencana alam banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung di 18 kabupaten dan kota di Jateng.

Dari laporan tujuh kabupaten dan kota yang terkena bencana, paling tidak ada 89 korban meninggal, 5 orang luka berat, dan 72 orang luka ringan. Korban harta benda meliputi 255 rumah roboh, 556 rumah rusak berat, 13.759 rumah rusak ringan, 5.753 hektar sawah dan 397 hektar tegalan rusak. Sejumlah sarana dan prasarana pemerintahan dan pendidikan, seperti gedung sekolah, juga rusak.

Pada kesempatan itu, Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi meminta pemerintah pusat segera menyelamatkan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Banjir di sejumlah wilayah eks Karesidenan Surakarta hingga Bojonegoro, Jawa Timur, dan sejumlah wilayah di daerah aliran Sungai Bengawan Solo lainnya akibat mendangkalnya Waduk Gajah Mungkur sehingga tidak lagi optimal menampung air hujan.

"Perlu penyelamatan Waduk Gajah Mungkur secepatnya. Kalau tidak, wilayah Solo dan Jawa Timur akan tenggelam jika musim hujan seperti saat ini," ujar Begug.

Menurut Begug, sejak tahun 2004, Pemkab Wonogiri mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat agar membangun 24 cekdam dan saluran irigasi untuk 22 anak Bengawan Solo. Juga menyelamatkan 13.000 hektar hutan di sekitar Waduk Gajah Mungkur yang kini kritis.

"Kami bekerja sama dengan Perum Perhutani menanami kawasan itu dengan 7,6 juta batang bibit pohon jati. Selain itu mengeruk sedimen Waduk Gajah Mungkur," kata Begug.

Banjir di Bojonegoro meluas

Luapan air Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, pada Sabtu lalu semakin meluas. Sabtu malam, air terus memasuki wilayah perkotaan dengan arus cukup deras.

Akses transportasi dan proses evakuasi terhalang karena hampir semua jalan tergenang. Ketinggian air bervariasi, mulai selutut hingga sedada orang dewasa. Banjir juga meluas ke Lamongan, Tuban, dan Gresik.

Banyaknya lokasi yang tergenang membuat distribusi bantuan kepada korban dan proses evakuasi terhambat, apalagi jumlah perahu karet sangat terbatas.

Distribusi bantuan makanan bagi pengungsi yang terisolasi dilakukan dengan helikopter. Menurut Kepala Seksi Operasi Badan Save and Rescue Nasional Surabaya Hernanto, bantuan makanan berupa mi instan dan kue didistribusikan ke desa-desa yang tergenang air di sebelah utara Bengawan Solo, khususnya di Kecamatan Trucuk dan Malo, Bojonegoro. Distribusi bantuan makanan di wilayah terisolasi dilanjutkan pada Minggu ini.

Jumlah pengungsi korban banjir di Kecamatan Cepu, Kedungtuban, dan Kradenan, Kabupaten Blora, sampai Sabtu petang terus bertambah, menjadi 18.000 jiwa lebih. Begitu pula jumlah pengungsi di Kudus dan Pati, meski tak sebanyak di Blora.

Pengungsi mulai sakit

Sejumlah pengungsi di Ngawi mulai sakit, sementara pos-pos pengungsian kekurangan air bersih. Petugas kesehatan di pos Kecamatan Geneng, dr Arif Zulkarnain, mengatakan, sebagian pengungsi sakit kulit dan diare.

Pengungsi di Solo dan sekitarnya juga mulai terserang penyakit. Kebanyakan terserang infeksi saluran pernapasan akut, gangguan otot, dan gangguan sistem pencernaan. Itu terlihat di Gedung Olahraga (GOR) Manahan, tempat mengungsi 638 warga dari tiga kelurahan di Kota Solo, Sabtu (29/12).

Bahkan di Balaikota Solo dan Gereja St Antonius Purbayan, ada 24 pengungsi yang menunjukkan gejala gangguan kejiwaan. Tiga di antaranya mengalami depresi. (IKA/ACI/RAZ/EKI/GAL/SUP)

No comments: