Wednesday, January 9, 2008

30 Juta Akseptor KB Dilibatkan


Diajak Mempromosikan

Program Keluarga Berencana

Jakarta, Kompas - Untuk meningkatkan jumlah peserta baru program Keluarga Berencana, ada baiknya 30 juta akseptor atau peserta KB dilibatkan untuk mempromosikan program KB. Sebab, jika hanya mengandalkan Petugas Lapangan Keluarga Berencana, jumlahnya tidak memadai.

”Akseptor KB perlu diajak dan dihargai partisipasinya,” kata mantan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof Dr Haryono Suyono (1983-1993) dalam pertemuan dengan tokoh agama, para pakar, dan praktisi KB di Jakarta, Selasa (8/1).

Pada kesempatan tersebut juga hadir Kepala BKKBN tahun 2003-2006, dr Sumarjati Arjoso.

Kepala BKKBN saat ini, dr Sugiri Syarif MPA, menyatakan, ada tiga skenario proyeksi kependudukan Indonesia pada tahun 2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1 persen per tahun, penduduk Indonesia hanya akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, jika peserta KB tetap konstan, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun 0,5 persen per tahun, jumlah penduduk akan membengkak menjadi 264,4 juta jiwa.

”Yang mengkhawatirkan, dalam lima tahun terakhir kesertaan masyarakat ber-KB hanya meningkat rata-rata 0,5 persen per tahun. Untuk itu semua pihak harus bekerja keras dan turut terlibat mempromosikan program KB,” ujar Sugiri.

Menurut Haryono Suyono, peserta program Keluarga Berencana pada tahap-tahap awal, sekarang umurnya sudah sepuh, rata-rata di atas 60 tahun, dan jumlahnya sekitar 12 juta. ”Mereka ini sudah tidak bekerja, memiliki banyak waktu luang, jadi sebaiknya dilibatkan juga,” kata Haryono.

”Silver college”

Haryono menyodorkan ide pengembangan silver college untuk mempersiapkan senior/sesepuh dan aktivis sebagai pengabdi KB dan pembangunan yang bermutu melalui pelatihan nasional dan internasional.

”Silver college ini khusus untuk sesepuh yang rambutnya sudah berubah menjadi perak. Melalui mereka, kita bisa menjangkau anak cucunya agar ikut ber-KB. Mereka tidak perlu diberi honor. Diberi kartu anggota saja mereka sudah merasa dihargai,” papar Haryono.

Selain itu, Haryono juga menyarankan pembentukan Pos Pemberdayaan Keluarga (Pos Daya) di setiap dukuh, desa, kecamatan, atau lembaga seperti tempat ibadah.

Pos Daya ini dijadikan forum informasi atau dakwah pembangunan, motivasi, advokasi, pembelajaran, dan pelayanan pembangunan terpadu. Pendukung Pos Daya adalah seluruh kekuatan dalam masyarakat, seperti Badan Keswadayaan Masyarakat, koperasi, sekolah dan persatuan orangtua murid, tempat ibadah, klinik bidan desa, dan elemen lainnya.

Untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan dan komitmen Tujuan Pembangunan Milenium 2015, peserta KB harus terus ditingkatkan dan mempermudah akses KB.

”Berdayakan peserta Keluarga Berencana agar mampu berwirausaha, menjamin anak-anaknya agar bisa sekolah dan menjaga kesehatannya. Dengan demikian, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia akan meningkat,” kata Haryono.

Jadi, program Keluarga Berencana tidak hanya sebatas pembatasan angka kelahiran, namun juga terkait dengan kesejahteraan keluarga dan kualitas manusia Indonesia. (LOK)

No comments: