Wednesday, January 9, 2008

Bencana Bengawan Solo


Bencana Nasional

Bencana sepanjang Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo tahun ini memberi pelajaran amat dekat dan amat jelas tentang akibat rusaknya lingkungan hidup.

Bencana menimpa kota-kota sepanjang Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, dari Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, hingga Gresik. Kerugian ditaksir ratusan miliar rupiah. Desa-desa tenggelam. Penduduk mengungsi, tanaman rusak. Lalu lintas barang antara Jawa Tengah dan Jawa Timur terputus di beberapa tempat.

Ekspedisi Kompas sepanjang Bengawan Solo bulan Juni lalu telah mengungkapkan secara gamblang latar belakang dan penyebab bencana yang meledak dalam musim hujan Desember-Januari ini. Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, yang diproyeksikan berfungsi sampai tahun 2081, sudah mendangkal karena kurang urus. Sepanjang tepian Bengawan Solo dari Jawa Tengah sampai Jawa Timur ditanami pepohonan yang menggerus tebing. Penambangan pasir dengan pompa semakin banyak dan semakin mempercepat tergerusnya dasar sungai.

Apa boleh buat, ternyata kita, warga penghuni sepanjang Bengawan Solo itu, juga penyebab terjadinya bencana. Tentu tidak direncanakan dan disengaja. Lebih karena tidak tahu, tidak sadar, serta terjepitnya perikehidupan sehari-hari. Karena itu, lebih tepat jika kita tidak menuding orang atau melemparkan kesalahan kepada orang lain, tetapi lebih baik kepada kita sendiri. Kita, ya warga, ya pemerintah.

Bencana banjir, longsor, akibat meluapnya Bengawan Solo dewasa ini kita saksikan setiap hari lewat laporan dan panorama hidup di media televisi. Bencana tidak menimpa pulau-pulau di luar Jawa, bencana justru terjadi di Pulau Jawa. Apa yang kita maksudkan dengan penekanan lokasi itu? Mau tidak mau lebih kasatmata, lebih dekat bukan saja karena kedekatan psikologis, juga karena kedekatan lokasi.

Sengaja hal itu kita tekankan untuk mendekatkan pemahaman dan kedekatan kita dengan letak kejadian. Maksudnya membuat pemahaman dan kesadaran tentang lingkungan hidup lebih dekat, lebih nyata, dan lebih menggugat. Dari kedekatan pengalaman kita maksudkan dan kita manfaatkan untuk mempertebal serta memperkuat kedekatan ekologis kita dengan semua lokasi rawan di Tanah Air. Kita berpendapat, salah satu masalah yang kita hadapi perihal kesadaran ekologis adalah karena adanya jarak antara pengetahuan dan pemahaman nyata yang dramatis dan dialami.

Bencana sepanjang Bengawan Solo juga menunjukkan kompleksnya persoalan. Kemiskinan dan sulitnya sumber kehidupan sehari-hari merupakan pemicu yang kuat. Kecuali informasi dan pendidikan masyarakat, jelas diperlukan usaha keras kita bersama memperbaiki perikehidupan rakyat banyak. Dengan menegaskan hal itu, kita tidak menisbikan kerusakan lingkungan justru oleh pencari laba besar yang tak bertanggung jawab. Bencana banjir Bengawan Solo sekali lagi agar kita jadikan pengalaman dan pelajaran mengenai kerusakan ekologis di depan mata kita.

No comments: