Wednesday, January 9, 2008

Waspadai Hujan Lebat


Jawa Barat Bagian Selatan Rawan Longsor

Jakarta, Kompas - Hujan lebat yang mengguyur Jawa Timur dan Jawa Tengah hingga menimbulkan banjir dan tanah longsor berpeluang terjadi pula di Jawa Barat bagian selatan dalam sepekan ini. Diingatkan supaya masyarakat dan pemerintah mengantisipasi ancaman bencana yang mungkin terjadi.

"Berdasarkan prakiraan mingguan, hujan lebat berpeluang terjadi di Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian selatan, Sumatera bagian selatan, Sulawesi dan Kalimantan bagian selatan. Saat ini hujan memang belum merata, tetapi dalam dua hari kemudian diprakirakan mulai merata di Indonesia," kata Kepala Subbidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kukuh Ribudianto, Senin (7/1) di Jakarta.

Setelah banjir menimpa berbagai wilayah penyangga stok pangan nasional di Jawa Tengah dan Jawa Timur, saat ini dikhawatirkan akan merembet ke wilayah Jawa Barat. Namun, menurut Kukuh, hujan lebat yang diprakirakan terjadi di Jawa Barat dalam sepekan ini melanda bagian wilayah selatan yang dikenal memiliki kerawanan tanah longsor yang cukup tinggi.

Berdasarkan peta kerawanan tanah longsor di Jawa Barat pada tahun 2007 (dibuat Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional/Bakosurtanal), daerah rawan longsor itu terbentang mulai dari Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya.

Konsentrasi penguapan

Kepala BMG Sri Woro B Harijono menjelaskan, saat ini pergerakan semu matahari sedang berada di sebelah selatan khatulistiwa. Ini mengakibatkan terjadi pusat tekanan rendah yang menimbulkan konsentrasi penguapan air.

"Pergerakan matahari nanti juga akan kembali bergerak ke utara. Pada sekitar Maret berada di dekat khatulistiwa yang juga bisa mendatangkan banjir di wilayah Kalimantan," kata Sri Woro.

Menurut dia, hingga kini secara bulanan terjadi fluktuasi curah hujan yang normal. Akan tetapi, curah hujan dalam fluktuasi harian kini sedang mengalami ekstrem. Ini diperkirakan akibat adanya gangguan lokal yang terkait dengan temperatur lokal.

"Pada 26 Desember 2007 lalu, fluktuasi curah hujan yang ekstrem tercatat di stasiun pengamatan di Pondok Betung, Tangerang, sebesar 390 milimeter per hari," kata Sri Woro.

Adanya fluktuasi curah hujan harian yang ekstrem ini juga terpicu adanya kondisi tekanan udara rendah yang berpotensi menjadi siklon tropis di Samudra Hindia. Setelah berlangsung siklon tropis Melanie (28 Desember 2007-1 Januari 2008), BMG mencatat kembali terjadi siklon tropis Helen pada 4 Januari 2008.

Kukuh Ribudianto mengatakan, siklon tropis Helen itu hanya berlangsung semalaman. Setelah siklon tropis Helen meluruh, ini memengaruhi berkurangnya konsentrasi penguapan di wilayah Indonesia bagian selatan khatulistiwa.

"Kondisi ini akan memicu hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia," kata Kukuh lebih lanjut. (NAW)

No comments: