Tuesday, March 25, 2008

FLU BURUNG


Kerugian Mencapai Rp 4,1 Triliun
Selasa, 25 Maret 2008 | 01:16 WIB

Jakarta, Kompas - Tingginya angka kasus penularan flu burung di Indonesia menimbulkan kerugian ekonomi besar. Nilai kerugian tahun 2004-2007 diperkirakan Rp 4,1 triliun. Pemerintah akan makin mengintensifkan penanganan flu burung.

”Implementasi intensifikasi penanganan flu burung di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi terus disinkronkan,” kata Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) Bayu Krisnamurthi, Senin (24/3) di Jakarta.

Berdasarkan data Komnas FBPI per 27 Februari, kasus flu burung pada manusia 129 penderita, 105 di antaranya meninggal dunia (81,4 persen). Kasus berulang di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.

Kerugian itu belum termasuk hilangnya kesempatan kerja dan akibat berkurangnya konsumsi protein masyarakat. Peternak dan pedagang unggas paling merasakan dampaknya.

Kerugian itu disebabkan oleh pemusnahan ayam kalau ada kasus di suatu tempat, menurunnya permintaan ayam dan telur, berkurangnya konsumsi ayam dan telur di restoran. Untuk setiap unggas yang dimusnahkan, warga diberi kompensasi Rp 12.500 per ekor oleh pemerintah.

Juga biaya peternak dan pemerintah untuk penanganan flu burung dan dampak ke sektor lain, terutama pariwisata. ”Pada situasi pandemi, kerugian jauh lebih besar. Kegiatan ekonomi tak berfungsi karena orang sakit dan khawatir tertular,” kata Bayu.

Simulasi pandemi dari data 2006 menunjukkan, kerugian langsung jangka pendek Rp 14 triliun-Rp 48 triliun.

Jajaran pemda, khususnya di Jabodetabek, berkomitmen serius menangani flu burung, terutama restrukturisasi bisnis unggas. ”Pemprov DKI berencana tak ada lagi unggas hidup di wilayahnya tahun 2010,” kata Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan DKI Edi Setiarto. (EVY)

No comments: