Saturday, March 15, 2008

Pendidikan Jadi Masalah Bersama


Para Menteri Pendidikan Bertemu
Kamis, 6 Maret 2008 | 02:12 WIB

Jakarta, Kompas - Para menteri pendidikan dari sembilan negara berpenduduk besar di dunia mengadakan pertemuan E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All ketujuh di Bali, 10-12 Maret 2008. Kesembilan negara itu adalah Banglades, Brasil, China, India, Indonesia, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan Pakistan.

Negara-negara tersebut, dengan beratnya permasalahan pendidikan, turut memengaruhi peta global pendidikan. Karena itu, pendidikan dijadikan masalah bersama.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal kepada pers, Rabu (5/3), mengatakan, pertemuan itu untuk memperbaiki kondisi pendidikan di setiap negara. Terlebih lagi dengan adanya target Pendidikan untuk Semua atau Education for All yang telah disepakati dalam Deklarasi Dakkar tahun 2000.

Target-target itu antara lain buta aksara pada orang dewasa tuntas 50 persen pada 2015. Target lainnya, akses pendidikan anak usia dini, penuntasan wajib belajar, kesetaraan jender dalam pendidikan, serta pendidikan kecakapan hidup harus terus ditingkatkan.

”Pertemuan ini diinisiatori oleh UNESCO atau Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993 agar negara-negara berpenduduk besar ini dapat memecahkan masalah pendidikannya bersama-sama,” ujarnya.

Fasli mengatakan, sebetulnya telah terjadi perkembangan cukup baik sejak pertemuan tersebut pertama kali diluncurkan. Perkembangan terpesat terutama disumbangkan oleh China dalam pemberantasan buta aksara.

”Sekitar 80 persen pemberantasan buta huruf di antara sembilan negara itu disumbangkan oleh China. Angka peserta wajib belajar mereka juga meningkat pesat. China sepertinya benar-benar mengurus pendidikannya,” ujar Fasli.

Indonesia dalam hal pemberantasan buta huruf dan penuntasan wajib belajar secara kuantitas terbilang berhasil dan posisinya berada setelah China. Indonesia masih lebih baik daripada India, Pakistan, dan Banglades. Indonesia juga lebih baik dalam hal kesetaraan jender dalam pendidikan, pendidikan kecakapan hidup, dan pencapaian akses pendidikan anak usia dini.

Akan tetapi, permasalahan besar di Indonesia ialah peningkatan mutu pendidikan yang tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain.

Dia menambahkan, pada waktu terbentuknya pertemuan para menteri tersebut pertama kali, sembilan negara itu mewakili separuh penduduk dunia. Lebih dari 40 persen anak putus sekolah dan hampir 70 persen angka buta aksara di seluruh dunia berada di negara-negara berpenduduk besar tersebut. (INE)

 

No comments: