Upaya Sederhana Perkuat Keterlibatan Kaum Hawa
M PUTERI ROSALINA
"Saya mau membuat Indonesia kecil di desa ini." Pernyataan tersebut bukan keluar dari seorang pemimpin negara atau tokoh masyarakat. Pernyataan tersebut keluar dari mulut seorang ibu rumah tangga dari Desa Gladag Sari, Ampel, Boyolali. Perempuan itu adalah Sri Suryatingsih. Ia bercita-cita membuat kaum di desanya menjadi perempuan yang berani, mandiri, tidak bergantung pada suami, dan mempunyai penghasilan sendiri.
Awalnya Bu Ning, panggilan akrabnya, hanya berkeinginan membuat perempuan-perempuan miskin di desanya bisa mandiri.
Perempuan lulusan diploma akuntansi ini mendorong supaya ibu-ibu yang mempunyai usaha kecil seperti berjualan bubur dan tempe dapat mengembangkan usahanya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Caranya dengan menyelenggarakan kegiatan arisan, simpan pinjam, dan menabung.
Pertemuan rutin dilakukan setiap bulan. Sambil menggelar arisan, kadang-kadang ajang kumpul-kumpul itu juga diisi dengan penyuluhan kesehatan, keterampilan rumah tangga, dan baca tulis dari pihak luar.
Kegiatan ini sangat efektif membantu perempuan-perempuan miskin yang termarjinalkan dari sentuhan program pengembangan diri yang masih bersifat eksklusif. Hanya ibu-ibu pamong desa yang diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dalam PKK.
Hal yang sama dilakukan oleh Suminah, buruh batik dari Dusun Kebon Konang, Klaten. Hanya saja ibu rumah tangga ini lebih fokus pada perempuan buruh batik di sekitarnya.
Tujuannya sederhana, ia berharap supaya para buruh perempuan itu dapat meningkatkan usahanya dengan mendapat pinjaman uang tanpa agunan.
Kegiatan kredit mikro yang didirikan tahun 1992 dengan modal awal Rp 1 juta itu akhirnya berkembang pesat. Kini modalnya sudah mencapai ratusan juta rupiah. Para anggota yang dulunya masih berprofesi sebagai buruh kini sudah menjadi pengepul atau juragan batik. Uang simpan pinjamnya tidak lagi hanya melulu digunakan untuk membeli kain mori dan keperluan membatik lainnya, tetapi juga dipakai untuk usaha jualan ayam, tahu, tempe, kerupuk, dan rambak.
Kegiatan kedua perempuan tersebut cukup sederhana. Akan tetapi, dari kegiatan pemberdayaan perempuan tersebut jika hasilnya meluas, dilakukan oleh banyak perempuan di pelosok Tanah Air, akan memberikan dampak yang nyata pada pembangunan ekonomi.
Dampak pemberdayaan
Peran perempuan dalam pembangunan sering disepelekan, terutama di negara-negara berkembang. Posisinya dalam pembangunan selalu di bawah laki-laki. Padahal, dengan memberdayakan perempuan akan meningkatkan kemandiriannya. Kemandirian yang dimiliki oleh seorang perempuan, misalnya dalam sektor ekonomi, bisa meningkatkan pendapatan rumah tangga. Jika hal ini dilakukan oleh perempuan secara tidak langsung, hal itu akan meningkatkan pendapatan per kapita suatu daerah.
Ada satu ukuran untuk melihat kesenjangan pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan, yaitu indeks pembangunan jender (IPJ). Sedangkan indeks pemberdayaan jender (IDJ) digunakan untuk menunjukkan tingkat peran serta wanita dalam kehidupan ekonomi dan politik.
Dalam hal kedua ukuran pemberdayaan perempuan tersebut, nilai Indonesia masih tergolong rendah di antara negara-negara lain di dunia meskipun ada kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun (lihat tabel).
Seberapa besar pemberdayaan perempuan bisa berpengaruh dalam pembangunan ekonomi? Ini dapat dicari hubungan keduanya dengan analisis statistik. Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap data tahun 2002 disimpulkan bahwa ada korelasi positif terhadap kedua hal itu. Beberapa variabel pemberdayaan perempuan, seperti jumlah penduduk perempuan, harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, kontribusi dalam pendapatan, wanita dalam parlemen, wanita dalam angkatan kerja, dan rata-rata upah di sektor nonpertanian, berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi
Hasil ini semakin mempertegas peran penting pemberdayaan perempuan dalam pembangunan. Semakin tinggi aspek-aspek pemberdayaan perempuan akan memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan, khususnya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi.
Lalu, dari beberapa aspek pemberdayaan perempuan tersebut mana yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi?
Dari delapan variabel yang mempunyai nilai korelasi paling besar dengan laju pertumbuhan ekonomi adalah rata-rata lama sekolah. Disusul oleh variabel kontribusi dalam pendapatan, rata-rata upah di sektor nonpertanian, perempuan dalam angkatan kerja, angka melek huruf, harapan hidup, jumlah populasi, dan wanita dalam parlemen.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk memberdayakan perempuan harus dimulai dari sektor pendidikan, dalam hal ini meningkatkan angka partisipasi sekolah dan angka melek huruf. Setelah itu, ditunjang oleh sektor ekonomi, kesehatan, dan politik.
Hasil tersebut sesuai dengan yang diuraikan Priyono (1996) dalam artikel "Pemberdayaan Wanita sebagai Mitra Pria" pada buku Pemberdayaan Konsep, Kebijakan, dan Implementasi. Pemberdayaan dimulai dari individu masing-masing. Pendidikan merupakan faktor kunci yang ditunjang oleh pemberdayaan psikologi, sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Juga dengan kedua motivator perempuan tersebut. Meskipun yang dilakukan Sri Suryatingsih dan Suminah kelihatan "kecil", hal itu mempunyai dampak yang besar. Berupaya membuat kaum hawa lebih "kelihatan".
M Puteri Rosalina Litbang Kompas
No comments:
Post a Comment