Jakarta, Kompas - Berbagai kekerasan yang terjadi di sekolah tidak semata-mata tanggung jawab sekolah, tetapi juga masyarakat dan orangtua murid. Kekerasan yang terjadi pun bisa akibat pengaruh lingkungan masyarakat, media, maupun secara tidak sengaja sekolah menerapkan struktur kekerasan.
"Kejadian kekerasan di sekolah banyak yang mengeluhkan itu persoalan akhlak dan budi pekerti," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo seusai rapat koordinasi bidang kesejahteraan di Jakarta, Selasa (13/11). Meski demikian, Mendiknas tidak menyinggung kewajiban sekolah menerapkan pelajaran budi pekerti.
Mendiknas hanya mengharapkan agar orangtua berperan aktif mendidik anak-anaknya sehingga tidak mudah terpengaruh oleh teman-teman yang mungkin bisa menjerumuskan mereka. Mata rantai kekerasan harus diputuskan dengan memberi pendidikan yang baik kepada anak-anak.
Pembelajaran kreatif
Secara terpisah, sejumlah sekolah mulai mengembangkan pembelajaran kreatif, misalnya di SD Citra Berkat Surabaya. "Sekolah ini mengembangkan pembelajaran kreatif dengan memanfaatkan kurikulum nasional yang diperkaya dengan pendidikan karakter dan entrepreneurship," kata Endang Trisulistowati, Kepala SD Citra Berkat Surabaya, Selasa.
Menurut dia, guru sekarang ini tidak bisa lagi menempatkan dirinya sebagai pentransfer ilmu yang menjadikan guru sebagai pusat pengetahuan. Justru pembelajaran harus mendorong siswa kreatif dan dengan menggali segala potensi dirinya.
"Karena itu, di sekolah ini siswa diberi keleluasaan untuk mengeluarkan pengetahuan dan ide-ide yang muncul selama proses belajar," kata Dwi Sunu, Kepala Pusat Kurikulum untuk Pendidikan Kewirausahaan YayasanCiputra Entreprenir Surabaya.
Agar tidak membelenggu kreativitas siswa, sekolah ini meniadakan buku-buku teks wajib. Pembelajaran dilaksanakan dengan berfokus pada tema, lalu siswa diberi kebebasan untuk mencari sumber belajar. Guru berperan agar kreativitas sesuai koridor. (LOK/ELN)
No comments:
Post a Comment