Beberapa waktu yang lalu, para guru dari Jawa Tengah dan dari Jawa Barat, yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) datang ke gedung DPR, ke kantor Mendiknas, dan bahkan juga ke Istana Negara.
Mereka mengajukan tuntutan agar pemerintah konsisten dalam melaksanakan undang-undang, yaitu menyediakan anggaran APBN sebesar 20 persen untuk bidang pendidikan, tidak seperti sekarang yang hanya 11,8 persen. Dan pada waktu menutup Musyawarah Nasional Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta pada minggu yang lalu, Presiden merespons positif keinginan ini dan berjanji akan memenuhinya, meskipun dilaksanakan secara bertahap. Keinginan para guru tersebut, hakikatnya adalah keinginan masyarakat secara keseluruhan, agar pemerintah lebih memperhatikan dunia pendidikan.
Sebab pendidikan yang baik adalah sarana utama untuk membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Hal ini tentu membutuhkan biaya dan dana yang sangat besar, baik untuk sarana dan prasarananya maupun juga untuk kesejahteraan para guru dan para pendidiknya. Sulit dibayangkan, tercapainya pendidikan yang berkualitas tanpa kesejahteraan para gurunya. Guru adalah ujung tombak pendidikan yang paling depan, karena ke sanalah bermuara proses belajar dan mengajar. Saking penting dan mulianya guru ini, sampai-sampai Rasulullah SAW (hadits riwat Imam Thabrani dari Abu Darda) menyatakan, kebaikan utama itu ada pada dua kelompok, yaitu pada pengajar (guru) dan pelajar (pencari ilmu).
Atribut guru yang baik
Dengan tidak mengecilkan faktor yang lain dalam pendidikan, baik internal maupun eksternal, sesungguhnya guru yang baik dan berkualitas akan menentukan keberhasilan proses pendidikan itu sendiri. Atribut guru yang baik, menurut para pakar pendidikan, dirumuskan sebagai berikut:
a). Memiliki penguasaan teori pengajaran yang baik sehingga kesalahan dalam materi ajarannya relatif bisa dieliminasi seminimal mungkin.
b). Memiliki pengetahuan dan metodologi dengan kemampuan yang cukup baik, untuk melaksanakan teknik pengajaran, menguasai proses belajar-mengajar dan mampu pula mendeteksi kesulitan-kesulitan siswa di dalam belajarnya.
c). Mengenal, memiliki atau menguasai silabus, buku-buku, majalah, dan kepustakaan lainnya dalam mengembangkan materi ajaran yang disampaikan.
d). Sadar akan kemajuan teknologi pendidikan sehingga mampu menjalinnya dalam kegiatan pengajarannya.
e). Mempunyai sifat keterbukaan dan praktis dalam melaksanakan tugasnya.
f). Bersimpati atas kesulitan-kesulitan siswa dan bersedia menjadi penasihat, pembimbing dan atau penolong untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
g). Gembira, berlapang dada, tidak mudah tersinggung terutama jika timbul pertanyaan, sikap, dan kelakuan siswa yang dianggap kurang baik. h). Dinamis, bekerja keras, dan menjadi contoh model (uswatun hasanah) bagi siswanya.
Sementara itu, Dr Fathiyah Hasan dalam bukunya Bahs fil-Madzhab Tarbawi 'Indal Ghazali mengemukakan bahwa menurut Imam Ghazali seorang guru yang baik ahlaknya, terpuji kelakuannya, dan layak menjadi pengemban tugas guru, harus memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu sebagai berikut:
Pertama, karena mengajar dan membimbing adalah tugas seorang guru, maka sifat pokok yang harus dimiliki adalah kasih sayang dan lemah lembut. Pergaulan murid dengan dirinya akan melahirkan sikap percaya diri dan rasa tenteram. Guru yang baik adalah guru yang berperan sebagai ayah bagi muridnya.
Kedua, seorang guru harus mempertautkan tujuan hidupnya terhadap tujuan hidup muridnya, yaitu untuk menjadi manusia yang berguna di dalam kehidupannya mengabdi kepada Allah SWT dan kepada kemanusiaan. Ketiga, seorang guru harus menjadi pembimbing yang terpercaya dan jujur terhadap muridnya.
Keempat, hendaknya seorang guru menyesuaikan kemampuan pemahaman murid, jangan sampai memberi materi pelajaran yang belum bisa menjangkau oleh pemikiran mereka. Kelima, hendaknya seorang guru mampu memahami jiwa anak didik, mengetahui sifat anak didik yang dihadapinya.
Alangkah indahnya persyaratan tersebut dan alangkah bahagianya masyarakat pendidikan Indonesia, apabila memiliki para guru yang beratributkan seperti tersebut di atas. Bagaimanapun juga hal tersebut adalah kondisi ideal yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Ini kalau kita menginginkan Indonesia bangkit berdiri dengan tegar, mampu mengatasi sendiri problematikanya dan mampu keluar dari keterpurukan krisis yang multidimensional seperti yang kita rasakan sekarang ini. Wallahu'alam bi ash-Shawab.
No comments:
Post a Comment