René L Pattiradjawane
Kemampuan anak bangsa Indonesia untuk mengembangkan dan memanfaatkan teknologi komunikasi informasi sebenarnya tidak kalah hebat dibandingkan dengan negara-negara lain, termasuk negara maju sekalipun.
Di berbagai pelosok Indonesia, banyak sekali kemampuan yang terus dikembangkan tanpa banyak promosi, menghadirkan berbagai solusi untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh berbagai perusahaan ataupun lembaga pemerintahan.
Persoalannya, sering kali kemampuan anak bangsa ini tidak pernah memperoleh tempat yang memadai dan diakui oleh anak bangsa lain yang kebetulan menjadi pengambil keputusan di tingkat perusahaan ataupun pemerintahan.
Atau, karena keteguhan hati untuk berbisnis secara lurus dan legal, sering kali mereka tersingkir dalam tender karena kalah dalam "uang jago" dan berbagai faktor penyimpangan kronis lain dalam cara berbisnis yang sarat dengan korupsi dan kolusi yang berkepanjangan.
Bahkan, untuk menjadi berbeda di tengah globalisasi dan dinamika kemajuan teknologi komunikasi informasi, di Indonesia dianggap sebagai sebuah keanehan. Kebanyakan orang condong untuk bersikap konservatif dan dalam konteks pengembangan perangkat lunak, condong untuk mengikuti arus yang dianggap sebagai kebutuhan umum dengan mengembangkan berbagai aplikasi sejenis enterprise resource planning (ERP), customer relationship management (CRM), dan lainnya.
Artinya, sedikit sekali rumah perangkat lunak (software house atau sering juga disebut sebagai independent software vendor) yang berani menyimpang untuk menghasilkan produk perangkat lunak yang tidak umum dan lazim, dan tidak melulu hanya mengembangkannya mengikuti arus bisnis yang berlaku di lingkungan sekitarnya.
Penyimpangan sendiri sering kali memang menjadi tantangan yang menarik. Di sisi lain, penyimpangan dari apa yang berlaku pun mampu menghasilkan produk-produk yang istimewa, memberikan solusi komprehensif bagi penggunanya, serta menjadi produk istimewa hasil karya anak bangsa yang membanggakan.
Teknologi keputusan
Menjadi berbeda merupakan tantangan tersendiri bagi Infoglobal Group yang dimulai sebagai software house di Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Sebagai kelompok, perusahaan perangkat lunak yang asli Indonesia dikembangkan oleh anak bangsa ini memiliki tiga perusahaan, masing-masing PT Infoglobal AutOptima (IAO), PT Infoglobal Teknologi Semesta, dan PT Global Performa Maksima.
Kelompok pengembang perangkat lunak ini dimulai dengan didirikannya IOA pada tahun 1990 oleh sekelompok alumni dan pengajar Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) yang berpusat di Surabaya.
Perusahaan yang didirikan ini dikembangkan untuk menjadi pengembang perangkat lunak sebagai solusi teknologi informasi serta mengarah agar produknya menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai decision technology.
Bahtiar H Suhesta, Corporate Secretary Infoglobal Group, kepada Kompas di Surabaya menjelaskan bahwa tiga kata singkatan perusahaan, IAO, yang terdiri dari informasi, otomatisasi (automation), dan optimisasi menjadi roh mengembangkan produk perangkat lunak yang dipercaya akan mengarah pada era di mana pengambilan keputusan akan dilakukan dengan menggunakan teknologi.
Selama ini IAO berhasil mengembangkan berbagai aplikasi perangkat lunak untuk berbagai kebutuhan di sektor energi, pertambangan, dan militer.
Setidaknya, ada empat aplikasi yang dibuat dan dikembangkan menjadi sebuah sistem yang andal, masing-masing terdiri dari SIL2004 sebagai sistem informasi pelanggan untuk keperluan PT PLN, sistem berbasis web untuk meningkatkan produktivitas perusahaan minyak dan gas di bawah PT Global Performa Maksima, SOYUS sebagai sistem simulasi pertempuran udara, serta TDAS sebagai sistem transmisi situasi data udara.
Olah "yudha"
Pengembangan perangkat lunak SOYUS (awalnya merupakan singkatan Sistem Olah Yudha untuk Seskoau) dan TDAS (Transmission Data Air Situation) adalah produk paling canggih dan bernuansa teknologi tinggi (hi-tech) yang dibangun menggunakan teknologi kelas perusahaan berbasis teknologi .Net buatan Microsoft serta memanfaatkan sistem DirectX secara ekstensif untuk keperluan simulasi grafik berbasis tiga dimensi.
Pada sistem solusi decision technology TDAS yang sudah digunakan oleh Komando Pertahanan Udara, IAO mampu untuk menggabungkan infrastruktur sistem radar militer dan sipil yang tersebar di seluruh Indonesia, serta menghasilkannya menjadi tampilan wilayah udara Indonesia secara terintegrasi.
Artinya, sistem aplikasi berbasis decision technology ini mampu memberikan situasi sebenarnya wilayah udara nasional Indonesia dan mendeteksi terjadinya penyusupan udara oleh pesawat-pesawat asing. Bahkan, sistem ini pun mampu menyimulasi jalur pacu sebuah pesawat terbang yang berada di wilayah Indonesia sehingga pada situasi khusus, seperti kecelakaan dan sejenisnya, mampu ditampilkan ulang untuk kepentingan evaluasi dan simulasi.
Aplikasi canggih lainnya buatan IAO adalah SOYUS yang dirancang untuk keperluan Sekolah Staf dan Komando TNI AU (Seskoau) sebagai sebuah sistem war gaming yang terintegrasi dan waktu sesungguhnya (real time), memungkinkan para perwira TNI AU melakukan perencanaan dan komando pada tingkat strategis, taktis, dan operasional (lihat foto).
Aplikasi SOYUS memiliki sistem manajemen data perlengkapan angkatan udara, kemampuan supervisi, kemampuan perencanaan operasi, serta bersifat dinamis melakukan berbagai kalkulasi rumit sebuah serangan udara.
Dikembangkan selama dua tahun dan menghabiskan biaya sekitar Rp 1 miliar, SOYUS adalah sistem tercanggih yang bisa jadi menjadi sebuah permainan simulasi online game yang setara dengan Counter Strike ataupun Ragnarok.
Aplikasi SOYUS ini juga bisa melibatkan berbagai kekuatan militer (laut, udara, dan darat) ke dalam sistem olah yudha ini, dan selama ini hanya dikembangkan oleh lima programmer. Kedua sistem ini, TDAS dan SOYUS, membuktikan bahwa anak bangsa Indonesia juga bisa mengembangkan sistem aplikasi dengan kualitas dunia yang perlu didukung sepenuhnya oleh siapa saja.
No comments:
Post a Comment