Monday, August 20, 2007

PENGELOLAAN SAMPAH


Belum Dipisah dan Belum Terintegrasi

Jakarta, Kompas - Pengelolaan sampah dari tingkat rumah tangga hingga perkotaan di Indonesia secara umum masih lemah karena belum ada usaha pemisahan jenis sampah dan belum terintegrasinya sistem pengelolaan dan teknologinya.

Dengan mengenyampingkan teknologi, sebenarnya jika pemisahan jenis sampah dilakukan sejak awal dan pengelolaan sampah terintegrasi, niscaya masalah sampah di Indonesia akan lebih mudah diatasi dan menjadi lebih sederhana.

Demikian topik yang muncul dalam perbincangan dengan dua ahli lingkungan dari Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indriyati dan Lestario Widodo, serta peneliti dari Jepang, Tomoko Okayama (EcoTopia Science Institute, Universitas Nagoya), pekan lalu di Kantor Redaksi Kompas, Jakarta.

Pemisahan jenis sampah menjadi persoalan paling mendasar untuk mendukung optimalisasi pengolahan maupun proses daur ulang sampah. Di beberapa kota di Tanah Air, sejumlah komunitas telah melakukan pemisahan sampah organik dan non-organik, tetapi pada area pengelolaan yang luas tindakan itu ternyata tidak ada artinya karena sistem yang lebih besar asal mengangkut sampah. Karena itu, usaha-usaha mikro, lokal, dan pada wilayah terbatas itu harus didukung dan menjadi sistem yang terintegrasi. "Saya kira memang sistem yang terintegrasi itulah yang selama ini tak pernah terwujud," kata Indriyati.

Tomoko menginformasikan, di kota Nagoya, Jepang, pemisahan sampah dipilah hingga 17 jenis untuk memudahkan pengelolaan dan pemrosesan sampah. "Lalu setiap 50 kepala keluarga diberi satu tempat pengumpulan sampah," kata Tomoko sambil menjelaskan jenis sampah yang dipilah antara lain berbagai jenis kaca, plastik, kertas, sayuran, dan sebagainya. Adapun sampah dari setiap individu juga terus ditekan jumlahnya. Rata-rata setiap warga Nagoya membuang 240 gram sampah per hari.

"Peran serta BPPT nantinya dalam penelitian potensi maupun sumber daya yang dimiliki, serta dampak sosial yang mungkin ditimbulkan," kata Indriyati.

Menurut Indriyati, EcoTopia Science Institute dan Korea akan mendukung pengembangan teknologi pengolah sampah, sementara pada tahap aplikasinya akan dilakukan China. Rencana yang disebut Biowaste Project itu pada prinsipnya untuk mengupayakan minimalisasi dampak sampah yang ditimbulkan dari suatu proses produksi. "Sekarang sudah bukan lagi masanya untuk mengolah limbah, tetapi meminimalkan potensi limbah sejak dari hulunya," kata Indriyati.

No comments: