Thursday, July 12, 2007

budaya
Proses Kreatif Hasilkan Perbedaan yang Unik

Jakarta, Kompas - Proses kreatif yang benar menghasilkan perbedaan yang unik dan orisinal, yang hanya lahir dari proses pencarian tiada henti. Proses ini tidak mengikuti tren, tetapi terus menuju sesuatu yang berbeda. Kreativitas bukan semata soal seni.

Demikian dikemukakan ahli ekonomi kreatif dari Singapura, Adrian Tan, pada Seminar Pembangunan Ekonomi Gelombang Keempat "Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif" dalam Pekan Produk Budaya 2007 di Jakarta, Rabu (11/7). Tampil sebagai pembicara Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik; dosen Fakultas Hukum UI, Agus Sardjono; Direktur UNESCO Kantor Jakarta Hubert Gizjen; dan musikolog dari Universitas Brown AS, Marc Perlman.

Gelombang keempat menggarisbawahi produk budaya dan ekonomi kreatif sebagai tumpuan masa depan. Adrian melihat pentingnya mengetahui arah pembangunan Indonesia dalam teori itu dan mewujudkan kegiatan ekonomi yang dikendalikan kreativitas, bukan produk. "Perkembangan teknologi terkini menjadi salah satu contoh betapa dunia dikendalikan proses kreatif yang tumbuh pesat," ujarnya.

Ia pun mengaitkan hubungan proses kreatif dengan ekonomi kreatif, yang tidak lagi bertumpu pada promosi saja, tetapi keluar dari konvensionalitas dan berbasis kecerdasan. "Membawa kreativitas ke dalam bisnis, itulah jalan baru mewujudkan gelombang keempat," ujarnya.

Secara khusus, Jero Wacik menyampaikan optimismenya bahwa budaya akan menjadi tumpuan masa depan yang menghasilkan nilai ekonomis. Salah satu alasannya, kegiatan kebudayaan yang dikemas secara baik selalu dipadati pengunjung.

Ia mengutip data riset di Korea Selatan (2005), yang menyebutkan industri berbasis budaya, seperti penyiaran, penerbitan, film, animasi, game, dan musik, menyumbang finansial lebih besar daripada industri manufaktur.

"Indonesia sangat kaya dengan budaya. Industri perfilman pun tumbuh sehingga memunculkan optimisme," katanya.

Akan tetapi, menurut Agus Sardjono, warisan budaya Indonesia yang sangat kaya, berupa pengetahuan tradisional dan folklor, justru diadopsi negara lain. "Indonesia sangat kaya potensi, tetapi tak termanfaatkan secara ekonomi," katanya.

Adrian mengatakan, faktor pendukung terwujudnya gelombang keempat adalah kebijakan kreatif pemerintah yang mendorong ekonomi kreatif. Kebijakan tersebut berupa katalisator, yang membuka energi kreatif masyarakat. (GSA)

No comments: