Saya Tak Bangga Siswa Lulus Semua
Naiknya persentase kelulusan, kendati tidak lulus 100 persen itu adalah kristalisasi keringat dari dewan guru dan hingga di situlah kadar yang diberikan Nya.
Oleh: Syamsu Rais
Guru Bimbingan Konseling di SMPN 2 Tapin Selatan
Abdul Gani SPd tersenyum puas saat mengetahui nilai rata-rata kelulusan di sekolah yang dipimpinnya naik peringkat. Tahun lalu di SMPN 2 Tapin Selatan, sekolah yang terletak di kaki Pegunungan Meratus ini tingkat kegagalan Ujian Negara (UN)-nya hampir mencapai 40 persen dari siswa yang mengikuti ujian. Satu kenyataan yang sangat pahit. Tapi kini, dari 70 peserta ujian hanya tujuh siswa yang gagal, dua siswa lainnya tidak mengikuti ujian karena hal lain. Itu berarti, kegagalan dalam UN hanya 10 persen.
Abdul Gani hanyalah satu dari sekian banyak kepala sekolah yang merasa bangga, karena naiknya angka persentase kelulusan di sekolahnya. Kendati naiknya persentase kelulusan di SMP/MTs tidak sebanyak di SMA/SMK/MA, namun cukup membuat bangga. Dari 38.013 siswa yang mengikuti UN 2007, 33,945 di antaranya dinyatakan lulus. Berarti 1.376 siswa dinyatakan tidak lulus.
Kebanggaan kepala sekolah ini cukup beralasan, karena setelah sekian lama menggenjot siswanya dengan berbagai cara agar bisa pintar. Bahkan di beberapa sekolah --maaf bukan meremehkan guru yang ada-- mendatangkan guru khusus dari sekolah favorit guna memberikan pelajaran tambahan, dan pengayaan bagi siswa yang sudah bisa terlebih memberikan remedial bagi siswa yang daya tangkapnya lambat.
Les tiga mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggeris dan Matematika yang hampir bisa dikatakan keharusan bagi siswa ini dilakukan tiga kali dalam sepekan. Intervalnya semakin pendek saat hari H UN kian dekat. Selain itu, diberikan bimbingan dan konseling bagi siswa yang daya tangkapnya di bawah rata-rata. Pokoknya segala usaha dilakukan agar siswa bisa menjawab soal pada hari H. Tak terhitung pula buku referensi turut dijejalkan ke otak siswa. Selanjutnya doa mengiringi siswa saat UN tiba.
Naiknya persentase kelulusan, kendati tidak lulus 100 persen itu adalah kristalisasi keringat dari dewan guru dan hingga di situlah kadar yang diberikan Nya. Kebanggaan sejati karena siswa lulus dengan hasil jawaban sendiri.
Ini yang sesungguhnya diharapkan pemerintah. Dengan diberlakukannya standar nilai pada UN, guru berlomba memperbaiki proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan multicara agar siswanya bisa berhasil. Ke depannya meningkatkan kualitas sekolah bersangkutan.
Harapan pemerintah akan jadi sia-sia kalau ada guru berpendapat, kelulusan siswa 100 persen itu mutlak dan akan menggunakan segala cara agar bisa mencapainya. Caranya tentu saja bertolak belakang dengan paparan di atas. Guru macam ini, bukanya berusaha dulu baru berdoa pada hari UN, tapi berdoa dulu agar nantinya bisa memberikan jawaban kepada siswanya baru berusaha mati-matian melakukannya di hari UN. Semoga hal ini tidak terjadi pada guru di Kalsel.
Sungguh ironis kalau ini benar-benar terjadi. Sekarang kembali ke tugas dasar guru. Kewajiban guru mengajar dan mendidik. Mengajar agar siswanya pintar, mendidik supaya siswanya bisa membedakan yang salah dan benar.
Kalau ada oknum guru yang mengajarnya asal tugas kelar saja, apalagi sering tidak masuk mengajar, ditambah memberikan didikan yang tidak benar (memberikan jawaban pada siswa saat UN), ini pasti termasuk golongan guru yang kurang diajar. Dengan alasan apa pun, memberikan jawaban jelas tidak dibenarkan.
Hal seperti ini jelas menurunkan martabat guru bersangkutan dan juga ia telah melakukan proses penistaan pada diri sendiri. Tindakan seperti ini biasanya dilakukan oleh guru yang kurang percaya diri. Guru tersebut takut siswanya tidak bisa menjawab dengan benar, akibatnya ia dicap sebagai guru yang kurang pintar.
Coba bayangkan, kalau siswanya lulus semua tapi dengan cara tak terpuji seperti tadi, apa itu namanya bukan mendustai diri sendiri. Ini artinya keberhasilan kamuflase dan kebanggaan semu.
Lebih baik salah dahulu kemudian berusaha memperbaikinya, daripada selalu terlihat baik tapi akan salah selamanya.
e-mail: syamsu_rais@yahoo.com
No comments:
Post a Comment