Revitalisasi Peran Dokter
Dokter Keluarga Berfungsi Sehatkan Fisik-Mental-Sosial
Jakarta, Kompas - Di tengah adanya ’tudingan’ bahwa Indonesia sedang sakit fisik-mental-sosial, para dokter perlu merevitalisasi perannya. Dalam situasi demikian, dokter dituntut tak hanya sebagai agen pengobatan, tetapi juga agen perubahan dan pembangunan.
"Dalam sejarah kebangkitan nasional, dokter merupakan agen perubahan terkait peran dokter Wahidin Sudirohusodo dan dokter Sutomo," kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Fachmi Idris dalam diskusi bulanan "Menyembuhkan Indonesia yang sedang Sakit" di Jakarta, Rabu (18/7).
Selain Fachmi, pembicara lain adalah Ahmad Syafii Maarif (mantan Ketua PP Muhammadiyah) dan Emil Salim (anggota Dewan Pertimbangan Presiden).
Menurut Fachmi, indikator obyektif yang mencerminkan sehat atau sakitnya suatu bangsa bisa dilihat dari indeks global, seperti Human Development Index (HDI), Human Poverty Index, dan Index of Economic Freedom.
HDI menggambarkan tiga variabel, yaitu kesehatan, pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini peringkat HDI Indonesia nyaris terendah di ASEAN, bahkan tertinggal dari Vietnam.
Merujuk pada rendahnya peringkat HDI, tidak dipatuhinya aturan hukum, dan tidak memiliki tanggung jawab sesuai kapasitasnya, bangsa Indonesia bisa digolongkan sedang sakit fisik- mental-sosial. Oleh karena itu, dokter harus merevitalisasi peran pengabdiannya. Ia tidak hanya mengobati fisik, tetapi diintegrasikan dengan proses penyehatan mental dan sosial bangsa.
"Program kesehatan bukan hanya mengobati orang sakit, melainkan untuk mencegah rakyat tak jatuh sakit. Harus ada sistem yang menjamin promosi dan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara individual kepada setiap penduduk," kata Fachmi.
Salah satu alternatif yang ditawarkan Fachmi adalah pengembangan sistem pelayanan dokter keluarga. Entitas pelayanan dokter keluarga (dokter, bidan, perawat, apoteker, dan mitra profesi lain) bertugas membina fisik-mental-sosial sekitar 2.500 penduduk.
"Menjelang seabad kebangkitan nasional tahun 2008 diharapkan sistem dokter keluarga dapat dikembangkan, terutama di perkotaan," ujar Fachmi. Sejalan dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan, sistem ini harus berbasis asuransi kesehatan yang bersifat prabayar.
Emil Salim berpendapat, bangsa Indonesia tidak sakit, tetapi pemerintah tidak kuat dan kompak karena sistem demokrasi yang diterapkan belum matang. Apa yang digariskan Presiden tidak dijabarkan secara konsisten oleh jajaran pemerintah, serta tidak didukung oleh kekuatan politik sebagai tulang punggung di parlemen ataupun di masyarakat. (atk)
No comments:
Post a Comment