Thursday, July 19, 2007

Kebudayaan
Ramalan Jayabaya Memunculkan Optimisme

Jakarta, Kompas - Jangka Jayabaya, ramalan perjalanan nasib Indonesia sejak delapan abad silam yang hingga kini masih hidup di tengah pendukung budaya Jawa, kembali diangkat relevansinya. Kali ini, bagian yang dibicarakan memunculkan optimisme akan datangnya masa kejayaan Indonesia pada abad ini.

Beragam keyakinan dan gugatan mengenai ramalan Jayabaya mencuat dalam sarasehan "Bedah Jangka Jayabaya" yang diadakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta, Rabu (18/7). Sebagai pembicara, Rektor Institut Seni Indonesia Surakarta Soetarno dan penulis relevansi ramalan Jayabaya, Hidayat Yudoprawiro, dengan moderator Sudarko Prawiroyudo.

"Masa keemasan diramalkan terjadi abad ini. Persiapan khusus akan dapat mewujudkannya," kata Hidayat. Salah satu alasan perlunya mempertimbangkan secara serius ramalan itu didasari ketepatan ramalan masa prakemerdekaan tahun 1945.

Secara khusus, aktivis Metafisika Study Club itu memaparkan naskah-naskah ramalan pralambang Jayabaya versi HA van Hien, Sartono Kartodirdjo, dan Brandes. Ia juga merinci ketepatan ramalan Jayabaya, termasuk pendudukan Jepang, kemerdekaan RI, dan selesainya perang kemerdekaan. Beberapa peserta menyatakan optimisme mereka akan masa keemasan itu. Namun, diingatkan juga perlunya sikap kritis atas ramalan tersebut.

Harus hati-hati

Konsultan bahasa, sastra, dan budaya Jawa, Budya Pradipta, meminta agar siapa pun berhati- hati ketika mengulas soal ramalan Jayabaya. Kendati demikian, juga tidak bisa dimungkiri, tidak sedikit tokoh yang memiliki kemampuan melihat dengan mata batin hingga kejadian ratusan tahun di depan.

"Kehati-hatian itu perlu karena hingga sekarang kita hanya tahu ramalan dari sumber skunder. Naskah aslinya belum tahu ada di mana," katanya.

Meskipun begitu, lanjut Budya, ramalan Jayabaya tentang keemasan Indonesia patut disambut sebagai sebuah tawaran. Optimisme itu akan terwujud melalui rencana jangka panjang pemerintah dengan menjadikan ramalan Jayabaya sebagai faktor pendorong.

Menurut Soetarno, tokoh Jayabaya dikenal sebagai Raja Kediri pada abad ke-12 dengan banyak peninggalan karya sastra dan prasasti. Karya-karya masa itu banyak menggambarkan kebesarannya. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah ramalan Jayabaya itu ditulis sendiri atau orang lain. Pasalnya, sebagian besar ditulis dalam bahasa Jawa baru, sedangkan sebagian besar karya sastra semasa hidupnya berbahasa Jawa kuno. (GSA)

No comments: