"E-mail" Dijual!
Sering kali kita malu kalau melihat perkembangan teknologi komunikasi informasi di Tanah Air. Ternyata orang asing lebih tanggap dalam upayanya meningkatkan kemampuan kita untuk "melek" teknologi informasi.
Sampai saat ini kita tidak melihat secara jelas dan nyata rencana untuk mengembangkan teknologi komunikasi informasi. Kita sering kali meributkan hal yang tidak esensial sehingga sering kali lupa bahwa penguasaan teknologi komunikasi informasi sebenarnya merupakan sebuah proses berkelanjutan yang harus dilalui langkah demi langkah.
Itu sebabnya perlu sebuah cetak biru pengembangan teknologi komunikasi informasi di republik ini. Supaya pemanfaatan dan gelar teknologi komunikasi informasi mampu memberikan arti bagi bangsa dan negara.
Sebuah e-mail belum lama ini dikirim seorang kawan, menggambarkan situasi pemahaman teknologi komunikasi informasi dan mencerminkan betapa gaptek (gagap teknologi)-nya sebagian besar rakyat dan bangsa ini.
E-mail ini berupa sebuah berita yang muncul di daerah Kalimantan, menyangkut pemahaman anggota parlemen daerah tentang kemajuan teknologi komunikasi informasi. Ketika sang anggota dewan terhormat ditanya apakah memiliki e-mail, jawabannya mantap, "Saya pernah punya, tapi sudah dijual."
Anggota dewan terhormat lainnya malah mengatakan begini, "Secara pribadi saya belum memilikinya. Bukannya saya tidak mampu untuk memilikinya, tetapi saya masih cinta produk dalam negeri." Inilah situasi kemajuan teknologi komunikasi informasi di negeri tercinta ini.
Berbagai ironi kemajuan teknologi komunikasi informasi akan kita temui di mana-mana, di departemen, di sekolah, bahkan di lingkungan tentara yang seharusnya akrab dengan kemajuan teknologi.
Bayangkan apa yang terjadi seandainya ada ancaman teror melalui e-mail, sedangkan unit-unit yang menangani dan menanggulangi keamanan dan ketertiban tidak menggunakan e-mail. Sementara, kita mengetahui dari berbagai pemberitaan bahwa para teroris sekarang berkomunikasi menggunakan e-mail memanfaatkan warnet yang tersebar di mana-mana.
Pemerintah sepertinya tidak menyadari manfaat kemajuan teknologi komunikasi informasi. Dewan Teknologi Komunikasi Informasi Nasional pun sibuk sendiri dengan urusan yang tidak esensial daripada mencari berbagai peluang untuk menguasai kemajuan teknologi.
Kita sibuk masing-masing dengan urusan sendiri, membiarkan ironi demi ironi terus berkembang tidak beraturan. Kita selalu bereaksi terhadap sesuatu yang sudah terjadi, tanpa mampu berbenah diri. Sepertinya pergantian kabinet yang diributkan perlu mencari orang-orang "melek teknologi". Tidak perlu yang canggih, tapi cukup yang mampu untuk membalas e-mail.
No comments:
Post a Comment