Friday, June 22, 2007

Musik Industri, Indie, dan Budaya Urban

Selama 12 Jam ”Nonstop” di Enam Kota

Theodore KS

Juli dan Agustus 2007 adalah bulan tontonan musik 12 jam nonstop. Lebih dari seratus penyanyi dan grup musik, peralatan musik serta lighting berkekuatan ratusan ribu watt akan menyuguhkan tontonan plus hiburan musik di sekitar tempat pertunjukan yang berlangsung dari pukul 11.00 hingga 23.00 di enam kota selama delapan hari.

Tontonan itu akan dipentaskan A Mild Live Soundrenaline, yang tahun ini memasuki penyelenggaraan keenam. Sementara Urbanfest diselenggarakan PT Pembangunan Jaya Ancol, Institut Kesenian Jakarta, Prambors, dan harian Kompas untuk yang pertama kali di Ancol.

Masih ada perhelatan musik di panggung Jakarta Fair yang juga diisi puluhan penyanyi dan grup musik selama sebulan dari pertengahan Juni sampai Juli 2007, tapi setiap harinya sekitar 5 jam.

Menurut Sardono W Kusumo, salah seorang konseptor pergelaran Urbanfest 2007, tidak ada pengertian kompetisi dalam Urbanfest 2007. Sebaliknya, kegairahan untuk berekspresi berbagai komunitas atau individu dari seluruh Tanah Air, dengan harapan akan terjadi interaksi, interelasi, serta ciri-ciri dari masyarakat urban yang akan hadir.

Rangkaian pergelaran budaya urban berisi materi pokok pergelaran semi tradisi, olahraga keluarga funbike, grafiti, dan harajuku-festive.

Urban di ajang ini bukan sekadar produk, bisa apa saja. Misalnya, unsur budaya tradisional yang memiliki konteks eksistensi urban.

Agenda pergelaran musik 12 jam Urbanfest 2007 adalah X-Over Indie Festive. Festival ini direncanakan berlangsung di empat panggung yang diharapkan paling tidak akan diisi 180 grup musik indie. Jumlah ini terbilang sedikit jika dibandingkan dengan LA Lights Indiefest 2007 yang diikuti lebih dari 1.000 grup musik indie.

Pergelaran musik 12 jam nonstop pertama kali diselenggarakan 34 tahun lalu, pertunjukan musik semalam suntuk Summer 28. Yang melakukannya Nyoo Han Siang dari perusahaan film Intercine Studio di Ragunan, Pasar Minggu, 16 Agustus 1973. Pergelaran itu dilakukan mulai pukul 17.00 hingga 04.00. Sebanyak 20 grup musik beraksi di atas panggung berukuran 15 meter x 10 meter x 3 meter. Tanda masuk dijual Rp 1.200. Hasilnya, menurut laporan majalah musik Aktuil No 128, ”Tidak (Belum) Ada Yang Baru di Dunia Musik Pop Indonesia”.

Sepuluh tahun kemudian, 26 November 1983, maestro biola Idris Sardi menyelenggarakan Pensi (Perjalanan Musik Indonesia) di stadion sepak bola Senayan. Acara ini diisi sekitar 17 grup dari berbagai jenis musik, seperti keroncong, melayu, dangdut, pop, rock, disko, termasuk musik tradisional.

Niat Idris memberi gambaran sejarah musik Indonesia dari masa revolusi fisik hingga masa Orde Baru (1940-1983). Pensi ini disponsori Yayasan Harapan Kita pimpinan nyonya Tien Soeharto.

Pensi berlangsung mulai pukul 19.00 hingga 04.00 dini hari. Dari 40.000 penonton yang hadir, hanya 25 persen yang membeli karcis seharga Rp 1.000. Chrisye serta Rhoma Irama dengan OM Sonetanya ikut hadir di sini.

Walaupun ada sponsor, Summer 28 (stock shoot untuk film sutradara Wim Umboh produksi Intercine Studio), dan Pensi merugi.

”Sound of Change”

Perubahan pun terjadi begitu industri rokok ”turun tangan”. Paling tidak ketika Djarum Super menyandang dana Festival Rock Djarum Super yang diselenggarakan Log Zhelebour tahun 1984.

Pelaku dan insan musik Indonesia mengakui bahwa Djarum Super Rock Festival menentukan eksistensi industri panggung dan rekaman musik rock di negeri ini. Penyelenggara Log Zhelebour memperoleh laba dan penonton tidak rugi. Karcis yang mereka beli di pintu masuk ditukar dengan sebungkus rokok sponsor.

Sinergi industri rokok dan industri musik menguntungkan kedua pihak. Ruang promosi rokok yang kian sempit, terbuka lebar di panggung musik. Sementara promosi album baru penyanyi dan grup musik yang bias dan boros biaya karena banyak stasiun televisi, dibiayai industri rokok dalam bentuk rangkaian pertunjukan ke sejumlah kota. Bukan hanya promosi menjadi nol rupiah, bahkan pelaku industri musik mendapat pemasukan berlipat ganda.

Setelah Djarum Super, Gudang Garam tidak mau ketinggalan, demikian juga Bentoel, Noroyono, dan yang lainnya. Kemudian yang perlu dicatat adalah sepak terjang Sampoerna, produsen rokok A Mild, penyelenggara musik 12 jam nonstop A Mild Live Soundrenaline selama lima tahun berturut-turut, 2002 hingga 2006.

Ajang musik 12 jam nonstop ini akan berlangsung untuk keenam kalinya tahun ini di lima kota: Padang (15/7), Palembang (22/7), Bandung 29/7), Surabaya (5/8) dan Bali (12/8), memboyong tidak kurang dari 75 penyanyi dan grup musik.

Adakah sesuatu yang baru, setelah menyaksikan selama ini grup dan penyanyi yang tampil nyaris hadir dengan lagu, gaya, dan atraksi yang itu-itu juga setiap tahun?

”Tahun yang keenam ini bertema ’Sound of Change’. Sebagai bangsa kita harus berubah, menjadi yang lebih baik tentunya. Tahun 2005 reborn republic, maksudnya kita telah berhasil menjadi republik yang baru, dengan pemilu yang sukses yang presidennya dipilih langsung oleh rakyat,” ujar Amelia Nasution, Brand Manager A Mild.

Pada tahun berikutnya, 2006, ”Rock United”. Tema ini, menurut Amelia, digunakan mengingat pada waktu itu silang pendapat di antara kita semakin tajam. Berbeda adalah hak setiap orang, namun alangkah baiknya dalam perbedaan itu kita bersatu, misalnya dalam musik. Dalam hal ini musik rock, mengingat penyanyi dan grup yang tampil mayoritas dari jenis musik itu.

”Sekarang kita perlu perubahan. Kami mulai dari diri kami sendiri. Perubahan dimulai dari tata panggung dan penyelenggaraan. Kemudian kami minta penyanyi dan grup musik yang akan tampil melakukan sesuatu untuk menandai ada usaha mereka menjadi lebih baik. Dalam aransemen musik ataupun gimmick, aksi di luar musik seperti kostum, penambahan alat musik (tradisional, misalnya), kolaborasi dengan pemusik atau jenis musik lain, dan sebagainya,” tambah Amelia.

Untuk merangsang peserta, panitia memercayakan member of change, yaitu lima orang juri dari media cetak dan elektronik, untuk memilih satu pemenang yang akan dikirim ke Paris menyaksikan pertunjukan The Police.

A Mild Live Soundrenaline menjual karcis Rp 20.000, kecuali di Bali Rp 25.000. Dari empat panggung yang disediakan, dua panggung untuk penyanyi dan grup yang sudah berprestasi di industri, yang lainnya untuk grup musik indie.

Sementara unsur kompetisi hanya bersifat semi di Urbanfest 2007. Itu pun berlaku hanya di X-Over Indie Festive, hanya sekadar memberi penghargaan ke pada yang terbaik. Tanda masuk Urbanfest 2007 adalah juga tanda masuk Ancol, Rp 10.000.

Alhasil A Mild Live Soundrenaline 2007 (lima kota, lima hari) dan Urbanfest 2007 (satu kota, tiga hari) bisa dikatakan mencatat rekor pertunjukan musik nonstop 12 jam dalam kurun waktu 43 hari (15 Juli-26 Agustus).

THEODORE KS Penulis Masalah Musik

No comments: